Misteri dan Jebakan di Gunung Salak
PANORAMA alam Gunung Salak, Bogor, dengan beragam misteri dan karisma
selalu menggelitik para petualang untuk menyambanginya. Suasana asri
dibalut udara dingin berkabut ditingkahi gemericik air sungai membawa
daya tarik sendiri sehingga orang sering lupa ada ragam bahaya
menganga.
Tak sedikit peminat kehidupan alam bebas perbukitan ini, khususnya
kawula muda, datang menerjang tanpa membekali diri dengan pengetahuan
dan keterampilan dasar pendakian maupun survival. Akibatnya, nyawa
sering menjadi taruhan.
Gunung Salak memiliki puluhan tempat wisata mengasyikkan. Mulai curug
(air terjun), sumber air panas, hingga berbagai goa yang kaya
stalaktit maupun stalakmit. Sebut saja Curug Seribu, Curug Cinangka,
Curug Cigamea, serta sumber air panas Ciampea.
Ada pula Goa Gudawang dan prasasti batu bertulis Ciaruteun. Semua
lokasi wisata ini, sejak 10 tahun lalu terkelompok dalam kawasan
wisata Gunung Salak Endah (GSE) seluas sekitar 2.000 hektare.
Keistimewaan lain Gunung Salak dengan dua kawah itu, bila berdiri
pada malam hari di puncak berketinggian 2.211 meter di atas permukaan
laut (mdpl), betapa indahnya gemerlap lampu maupun suasana kehidupan
malam Jakarta, bahkan Bandara Soekarno-Hatta Tangerang. Lokasinya pun
mudah dicapai.
Kawasan pegunungan yang menjadi sumber mata air hulu sungai melintas
di pinggiran Kota Bogor-Jakarta-Tangerang, diapit dua ruas jalan
utama yaitu Jl Raya Bogor-Sukabumi dan Jl Raya Bogor-Banten.
Keberadaannya dikelilingi perkampungan tiga wilayah: Bogor dan
Sukabumi (Jawa Barat), serta Lebak (Banten). Jarak tempuh dari Kota
Bogor sekitar 35 kilometer ke arah barat. Sedangkan dari wilayah DKI
Jakarta sebagai daerah pusat pemerintahan, hanya satu jam perjalanan
dengan berkendaraan roda empat.
Areal pegunungan yang masuk dalam lingkup pengawasan Pemangkuan Hutan
Pelestarian Alam (PHPA) Jawa Barat dan Perhutani Bogor ini bisa
'diterobos' dari berbagai sudut/pintu pendakian. Tak pelak jika
setiap akhir pekan, pengunjung selalu memadati seluruh lokasi wisata
GSE.
Hamparan manusia dengan berbagai kegiatan terlihat hingga ke Kawah
Ratu I di ketinggian 2.211 mdpl wilayah pemerintahan Kecamatan
Pamijahan dan Kawah Ratu II di ketinggian 2.100 mdpl, yang masuk
areal Kecamatan Cibungbulang.
Peminat umumnya kawula muda. Dari berbagai peristiwa 'mematikan' yang
dialami pendaki dalam 15 tahun terakhir, selalu terungkap mereka
menembus segala aral melintang tanpa dibekali pengetahuan dasar
pendakian gunung maupun kemampuan survival (bertahan hidup) di alam
bebas.
Gunung Salak menyimpan banyak 'jebakan' di areal punggung. Di Kawah
Ratu I terdapat gas alam berupa racun belerang aktif yang menyembur
dari seluruh celah tanah. Di sisi lain, kondisi cuaca di sekitar
Gunung Salak sangat sulit ditebak.
Cahaya terang yang menembus kerapatan pepohonan tinggi dan besar
(selebar dua-tiga dekapan orang dewasa) kerap berubah cepat. Pijakan
pada bebatuan besar dengan berat 30 kilogram hingga dua ton cukup
licin. Belum lagi 'jebakan' berupa semak yang saat diinjak ternyata
kamuflase penutup jurang yang menganga.
Kedalaman jurang berbentuk huruf V atau dikenal dengan sebutan
amphitheatre mencapai kedalaman 100 meter (paling dangkal) dan ada
pula berkedalaman 400 meter. Lebar 'pintu' jurang --setelah semak
terkuak akibat terpijak pendaki-- mencapai 20 meteran.
Meski kedamaian suasana pendakian Gunung Salak terasa membius, jangan
pernah menyepelekan misteri rimba dan lembah di kawasan itu. Penduduk
sekitar selalu menyarankan agar kita menjaga kesopanan berperilaku
dan kata-kata.
Bahaya lainnya, tanah di bibir tebing yang ditumbuhi semak akan
longsor jika terinjak, membuat jalan pulang pun terputus. Di sinilah
tujuh remaja pendaki pemula kelas 2 jurusan mesin dari sekolah teknik menengah (STM) "skrg dah mnjadi SMKN
" dari Jakarta Timur pada April 1987,
ditemukan tewas.
Ketika itu, ketujuh remaja ini tidak melapor kepada petugas pos
penjagaan polisi khusus (polsus) kehutanan yang membuka posko di
setiap pintu sekeliling areal kaki Gunung Salak. Saat ditemukan,
mayat warga Penggilingan itu telah membusuk.
Hanya satu mayat terbilang masih utuh saat diangkat dari jurang Curug
Orok berkedalaman sekitar 400 meter di punggung gunung berketinggian
sekitar 1.600 meter. Mayat mereka berhasil ditemukan setelah melalui
pencarian melelahkan yang melibatkan Tim Search and Rescue (SAR)
gabungan berbagai pecinta alam di Indonesia.
Selama ini, cukup banyak musibah merenggut nyawa yang terjadi di
kawasan Gunung Salak. Penyebabnya bisa berbagai macam, dari kurangnya
persiapan, kehilangan arah, menyepelekan perlengkapan pendakian,
hingga, kata penduduk sekitar, disebabkan peringatan terhadap
ketidaksopanan perilaku dan kata-kata.
Jika melihat data korban pendakian Gunung Salak, rata-rata menimpa
pendaki pemula yang belum terbiasa dan tidak mempunyai persiapan
lengkap saat menembus hutan rimba.
Mendaki Gunung Salak memang tidak mudah. Selain harus menembus
kerapatan pepohonan rimba dan hutan lebat, areal perbukitannya pun
sangat terjal dan penuh bebatuan. Di samping itu, Gunung Salak tak
pernah lepas dari kabut, sehingga jalanan hampir selalu licin. Di
sisi lain, banyak semak belukar yang jika diinjak atau dilalui bisa
berubah menjadi celah atau jurang berkedalaman 50 meter hingga 300
meter. Kondisi itu bisa menjadi jebakan mematikan. Dan selama ini,
terbukti hampir seluruh korban jatuh dalam jebakan tersebut.
Dedengkot gunung
Tim ini juga diperkuat 'tetua' warga sekitar Gunung Salak dipimpin
'dedengkot gunung' Darmadji 'Bongkeng' dan Harry 'Macan' dari Wanadri
Bandung, serta Rafiq Pontoh dan Lody Manoh dari Mapala UI/Badan SAR
Nasional (Basarnas) Jakarta. Pencarian berlangsung selama 41 hari 42
malam.
"Para remaja ini sukses mencari jalan alternatif baru menuju Kawah
Ratu I. Tetapi saat mereka pulang, tampaknya kehabisan perbekalan dan
tidak tahan terhadap udara dingin yang menusuk," papar Rafiq Pontoh
ketika itu.
Di tengah kelaparan dan tusukan rasa dingin yang amat sangat karena
baju basah, mereka melepas semua pakaian dan berlari tak tentu arah
mencari air atau sumber air.
Sementara, warga melihat ketujuh korban kemungkinan besar membuat
'penunggu' Gunung Salak tersinggung, sebab buang air besar atau
kencing tanpa permisi terlebih dahulu. "Ya, akibatnya mereka lupa
jalan," tutur Dede dan Saih, pelopor warga dalam setiap pencarian
orang hilang.
Terlepas dari kepercayaan itu, Kepala Pemangkuan Hutan Perhutani
Bogor Slamet Riyadi menyatakan, Kawah Ratu I bukan objek wisata dan
hingga kini belum ada izin pendakian ke sana. Lagi pula, lanjutnya,
sangat berbahaya bagi pendaki karena racun belerang berembus dari
setiap celah tanah.
Jadi, meski menyimpan keindahan memesona, mendaki Gunung Salak dan
gunung-gunung lainnya butuh persiapan matang. Sebaiknya kumpulkan
informasi tentang barang-barang yang dibutuhkan, kenali medan, dan
persiapkan fisik dengan baik. Akan lebih baik lagi bila pendakian itu
disertai oleh pemandu. Okey!!! ^_^
Jumat, 06 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar